Remot Kontrol Tak Terpakai




Hei kok kamu jelek?? Beh upilmu keluar tuh?? Kok bisa ya ibumu ngelahirin anak kayak kamu??
bebebebbe,, kira-kira apa reaksi kita jika pernyataan-pernyataan diatas menghujam ke telinga kita yang amat sensitive dengan sejuta saraf-saraf yang langsung terhubung ke otak kita. Mungkin jawaban yang paling pas jika ada yang berkata seperti itu adalah “PungPang”,, (ahaha ngertikan maksudnya)


Memang kebanyakan manusia termasuk gw sendiri (lah memang gw kan manusia juga) lebih senang memilih bereaksi dengan cepat bahkan tak sempat mempertimbangkan resiko yang akan di terima. Yah lebih mirip botol cola yang di kocok-kocok terus meletus. Inilah yang biasa kita sebut perilaku reaktif dimana orang cenderung menyalahkan orang lain, keadaan, (bahkan tanggal lahir) dan hampir tidak menyadari bahwa dirinyalah penyebab masalah itu.


gw lebih suka meng-ANALogikan manusia seperti sebuah televisi dengan begitu banyak chanel emosi yang bisa kita nikmati. Marah, senang, sedih, terharu, simpati, dll. Dan keseluruhan emosi itu bisa kita ganti dari marah ke senang, senang ke sedih, dan seterusnya bagaikan menekan tombol “Switch” pada sebuah remote televisi. Yah! Tentu saja setiap orang bisa melakukannya (tentu dengan izin Tuhan).



Chanel pertelevisian yang kita nonton dapat dengan mudah kita ganti cukup menekan tombol “click” maka berubahlah emosi kita. Asalkan remote control itu ada di tangan kita. Bayangkan saja kalo di saat-saat genting dan kita ingin mengganti chanel ternyata remote kita keselip di bawah bantal atau mungkin tak sengaja di buang di kloset kan berabe tuh.


Namun ada yang lebih parah daripada remote yang keselip itu. Yakni apabila remote control itu ada di tangan orang lain. Coba deh kalo kita lagi duduk bersama orang tua kita dan kita lagi asik-asik nonton spongebob, tiba-tiba ayah kita mengganti chanelnya ke acara sepakbola. Tersiksalah kita, seakan-akan televise itu tak bisa kita nikmati dan kita terus-terus mengikuti acara yang sebenarnya tak kita sukai sama sekali.


Begitu juga dengan kehidupan kita, banyak dari kita yang sebenarnya tak bisa lagi mengendalikan “Televisinya” karena “Remote kontrolnya” ada pada orang lain. Perhatikan kejadian di bawah ini: ada seorang lelaki yang sepulang dari kerjanya melihat istrinya sedang bersama lelaki lain di rumahnya sendiri tiba-tiba “Click” chanel televisinya langsung pindah ke acara “Marah Besar” hingga akhirnya masuklah dia ke rumah itu lalu melabrak lelaki yang tidak ia kenali tadi. Tersungkurlah lelaki yang bersama istrinya tadi.


Lalu tiba-tiba lelaki yang baru pulang kerja tadi ikut-ikutan tersungkur bahkan tersungkur lebih dalam  yang tidak lain pelaku yang menyungkurkannya adalah istrinya sendiri. Sambil teriak-teriak istrinya berkata : “Dia itu sepupu aku holdon!!”.


Nah apa maksud dari cerita di atas?. Banyak dari kita yang chanel televisinya begitu mudah terganti hanya karena kejadian-kejadian yang memancing kita untuk bertindak Holdon. Seakan-akan remote control kita ada pada orang lain sehingga bisa saja dia ganti dengan mudahnya dari senang ke marah, bahagia ke sedih, ceria ke murung, bahkan ada orang yang saling membunuh hanya karena permasalahan sepele seperti tidak samanya panjang jenggot dan lain sebagainya.


Kalau mau nonton acara “hari menyenangkan” lalu tiba-tiba ada yang mau menggantinya dengan “kupukul ibumu” maka peganglah erat-erat remote control-mu jangan sampai di ambil oleh orang lain. Dan dalam kehidupan nyata yakinilah bahwa setiap kita memiliki tombol “PAUSE” di jidat kita yang berfungsi untuk membantu kita memilih keputusan yang tepat bahkan dalam seburuk-buruknya keadaan.


Sebagai makhluk sosial (bukan soo sial) memang kita membutuhkan pendapat bahkan hinaan dari orang lain. Tapi kesemuanya itu tidak boleh menjadikan diri kita semata-mata ditentukan oleh orang lain. Tetaplah pegang remote control-mu sendiri dan pilihlah chanel-chanel yang baik sehingga orang lain akan tersemangati untuk memilih chanel yang sama dengan dirimu.


Jaa Nee~


2 komentar