Hari Guru?



Gua seorang guru dan sumpah gua gak tahu kalau hari adalah hari guru. Gua cukup salut sama beberapa murid gua yang langsung kasih selamat pas kaki kanan gua menginjak tanah sekolah. They said “ selamat hari guru sir” dan gua meresponnya dengan agak kikuk “o..o..ohh ia makasih”.

Dan setelah sedikit melirik om google, akhirnya gua jadi tahu kenapa hari ini dirayakan sebagai hari guru. Tapi, bukan itu point yang bakal gua bahas kali ini. Pastinya dengan hiruk-pikuk masyrakat yang sedari tadi pagi ngepost ucapan “selamat hari guru” di media sosial, gua yakin gua gak perlu lagi membahas kenapa hari ini disebut hari guru dan bla bla bla lainnya.

Menurut gua hari guru di zaman sekarang hanyalah sebuah konspirasi. Para guru dan murid masih banyak yang dipenuhi dengan kemunafikan (banyak bukan berarti semua ya). Gua bilang begitu karena gua sih udah melihat dengan mata telanjang tentang apa yang sebenarnya terjadi. Untungnya hanya mata gua yang telanjang bukan seluruh badan.

Sekarang ijinkan gua membahas kemunafikan dari kedua sisi yaitu guru dan murid.
Sebelum gua jelasin, ada beberapa hal yang harus gua ingetin ke kalian para halayak pembaca di dunia dan seantero jagad raya.

1. Apa yang bakal gua tulis ini adalah murni dari hasil pengamatan mata telanjang gua
2. Gua mengolahnya dengan pikiran yang telanjang jadi maaf kalau gak ada yang bakal gua sembunyiin
3. Kalau ada yang merasa ‘kena’ mohon jangan tersinggung, tapi kalau tersinggung gak apa-apa juga sih, gua mah bodoh amat.
4. Oke selamat membaca

*Kemunafikkan dari sisi guru*

Ada guru yang mempost mengenai hari guru dengan caption kurang lebih kayak gini “murid yang berhasil adalah harapan guru”, “jadilah murid-murid yang kami banggakan, suar lelah kami tak perlu kalian balas”, “tidak apa-apa kami berkorban untuk kalian para generasi penerus”, “guru ibarat lilin, mengorbankan dirinya demi menerangi kehidupan sang murid” dan yeah selalu di akhiri dengan ucapan “selamat hari guru”

Well, semua kalimat diatas tuh B,A,S,I alias BASI. Kenapa ? karena pada kenyataannya the majority of guru-guru yang gua lihat nih, yang mereka omongin di ruang guru hanyalah kelemahan siswa. Mereka dengan tanpa berdosa berkata Si murid A bodoh, Si murid B lemot, Si murid C bisanya rusus bahkan yang lebih parah ada yang ngomong Si murid D Cuma bikin busuk sekolah.

And you know, masih the majority of guru-guru juga, mereka gak bener-bener peduli dengan murid. Untuk duduk bareng dengan murid di saat-saat jam istirahat aja mereka ogah. Kalau hanya mengandalkan waktu pertemuan di kelas aja, gua yakin sampe ismet sofian jadi penyelamat bumi, gak bakal deh murid bisa maju.

Ada juga yang mengajar seampasnya, ngasih materi gak dipelajari dulu, keadaan murid dikelas gak di kondisikan dulu dan parahnya masih nyaman aja pakai cara-cara tradisional. Katanya murid adalah tujuan hidup guru tapi nyatanya gaji sedikit masih aja jadi perbincangan hangat. Buset amat dah

*kemunafikan dari sisi murid*

Ada murid yang ngepost mengenai hari guru dengan caption kurang lebih kayak gini “terima kasih wahai guruku, tanpa jasa kalian kami bukan apa-apa”, “kami rela dimarahi, kami siap dicambuk karena kami tahu semua itu demi masa depan kami”, “apalah arti kehidupan kami jika tidak ada kalian wahai para guru” dan lagi-lagi di akhiri dengan ucapan “selamat hari guru”

Ungkapan-ungkapan di atas, menurut gua malah lebih BASI lagi. Sebagai seorang guru yang kerjanya kalau jam isitirahat duduk sama murid, gua tuh dah tahu isi pikiran para murid. Asal para guru tahu ya jangan seneng deh kalau ada murid yang ngasih ucapan selamat. Dibelakang mereka tuh jelekin-jelekkin kalian tahu gak. Haha

Gua udah keseringan liatin murid ngejek guru dibelakang. Niru-niruin cara ngomong gurunya, sambil ngikutin kalimat andalan si guru kalau dalam kelas. Pokoknya busuk-busuk semua deh. Dan sepengelaman gua nih, gak ada murid yang full respect sama gurunya disekolah.

Hari guru? Wow, kalau hari guru ini digambarkan sebagai bentuk penghargaan kepada sang guru yang telah rela berkorban, atau dijadikan moment buat murid untuk memberikan apresiasi tertingginya maka gua dengan segala ketelanjangan ini bakal bilang, “apa ia?”

Gua malah curiga hari guru ini cuman dijadikan sebagai konspirasi, ajang cari sensasi atau cari simpati. Padahal jika guru mengajar setulus hati, apresiasi tak perlu dicari, malah bakalan datang sendiri.

Mendingan dari pada gembar-gembor gak jelas mengenai hari guru di media sosial, mending gua ambil cermin terus ngaca. And say “halo guru tampan”

Jaa Nee~

0 komentar