Ceritanya gua lagi jalan ke warung buat beli sesuatu trus
tiba-tiba terdengar suara “cepraaatttt”, ternyata kaki gua yang lugu ini keinjek
bongkahan tahi. Setelah gua interogasi bongkahan tahi ini akhirnya dia mengaku
siapa dalangnya. Dalangnya tidak lain dan tidak bukan adalah sebutir anak sapi
yang memang sering di lepas malam hari oleh warga.
Yah begitulah, memang dalam hidup terkadang kita keinjek
tahi (Udin Ali : 1990). Dan dari bongkahan yang telah terceprat di sandal
kesayangan gua, akhirnya keluarlah insiprasi aneh gua buat nulis.
Pertama mari kita
bahas mengenai respon orang ketika keinjek bongkahan tahi. Dari pengamatan awam gua, ada beberapa respon
yang mungkin akan terjadi ketika seseorang keinjek bongkahan tahi.
1.
Respon orang yang suka mengeluh : *CEPRATTT* “ah
kampret,, keinjek tahi lagi,, dasar tahi gak tahu diri loe (sambil
nunjuk-nunjuk), udah tahu tahi malah nongkrong disni lagi!,”
2.
Respon orang bodoh: *CEPRATTT* “Wah gua injak
apa nih,, hmm warnanya kayak pernah liat, baunya juga kayak pernah cium, tapi
belom pernah rasa sih *ambil secuil lalu
dirasain* ,wah kampret ini tahi,, iaia ini tahi”
3.
Respon orang Alay : *CEPRATTT* “Oh my god,, this
is Tahi,, yuckkkk,, jworokk amat,, *pergi ke dokter ahli bedah* “dokter,, tahi
dokter,, kaki gua keinjek tahi dokter, gua kotorr dok,, kaki gua kotor,, tolong
di amputasi kaki gua dok,, gua gak mau kotornya menjalar keseluruh tubuh gua
dok.
4.
Respon orang Bijak : *CEPRATTT* “Astagfirullah,,
gua keinjek tahi. Salah Gua juga sih jalan gak hati-hati. Ya sudah tinggal dibersihkan aja beres”
Kira-kira dari 4 respon yang udah gua contohin, loe pilih
yang mana? satu, dua, tiga, atau empat? Nah, keinjek tahi yang gua bahas disni,
itu maknanya sama seperti ketika kita di timpa keburukan dalam hidup. Dalam menanggapi
hal buruk yang terjadi dalam hidup kita, paling tidak kita juga akan melakukan
salah satu respon dari keempat respon yang udah gua contohin.
Ada orang yang ketika di timpa keburukan, dia pasti akan
marah-marah, mengeluh, nangis-nangis, makan kulit manggis, nangis-nangis sambil
makan kulit manggis dan melakukan hal-hal buruk untuk melampiaskan emosinya. Padahal sebanyak apapun orang ini marah, atau mengeluh keburukan yang terjadi takkan berakhir.
Ada orang yang ketika di timpa
keburukan, dia gak sadar bahwa dia lagi di timpa keburukan. Akhrinya dia tidak
melakukan apa-apa dan terus terperangkap dalam keburukan yang menimpanya. Biasanya orang ini hanya akan menyesal pada akhir cerita.
Ada juga
yang ketika di timpa keburukan, justru dia bereaksi dengan berlebihan. Sepertinya dunia begitu marah padanya ketika keburukan terjadi dalam hidupnya. Dia menganggap bahwa dia tak mampu lagi untuk hidup. Akhirnya 1 ton baygon pun di minum. Sungguh
tragis.
Yang terakhir adalah pilihan respon yang terbaik dan
tentunya yang paling dianjurkan. Ketika keburukan menghampiri orang ini, dia
sadar betul bahwa “keburukan tidak akan pernah menimpa seseorang, kecuali dia
sendiri yang mengundangnya”. Keburukan itu bisa jadi adalah sebuah teguran atas
apa yang pernah kita lakukan di detik , menit, jam, hari , bulan, tahun yang telah
lalu. Ketika keburukan menimpa orang yang keempat ini, maka yang akan dia
lakukan adalah membersihkan dirinya alias bertobat dari segala bentuk keburukan
yang pernah dia lakukan.
Jadi saran gua adalah, ketika suatu saat kalian keinjek bongkahan tahi, ucapkanlah
Astagfirullah dan tanyakan pada dirmu sudah berapa besarkah bongkahan tahi yang
kau buat dalam hidupmu? Lalu setelah terpikirkan silahkan bersihkan. Kalau sudah,
yang tinggal jalan lagi deh. Mudah-mudahan setelah insiden keinjek bongkahan
tahi yang gua alamin, kita semua bisa mengambil hikmahnya.
Jaa Nee~
0 komentar