Menurut gua, dari semua rasa yang ada mulai dari rasa
senang, sedih, marah, sakit, boker, ada satu rasa yang paling menyakitkan. Rasa
ini akan terus menghantui meski kita telah berusaha hidup di masa depan. Rasa yang
akan timbul ketika kita membuat suatu kesalahan entah itu kepada diri sendiri,
orang lain, hewan peliharaan tetangga, bunga-bunga di tepi jalan. Rasa itu
adalah rasa bersalah.
Dan sebagai manusia yang wajar, seharusnya rasa bersalah
bukanlah sesuatu yang patut dipermasalahkan. Kenapa? Karena rasa bersalah dapat
mendidik manusia untuk hidup lebih baik. Yang celaka adalah ketika manusia
mulai menghilangkan rasa bersalah dari dirinya. Jika saat ini kalian para pembaca
merasa bersalah membaca tulisan ini, selamat itu berarti kalian adalah manusia
yang wajar.
Tapi jika kalian
tidak merasa bersalah, hati-hati bisa jadi setan telah menjadi teman karib
kalian sehari-hari. Setiap biji setan memang memiliki tugas mulia untuk menghilangkan
rasa bersalah dari dalam diri manusia. Tujuannya sih simple agar tiap manusia
terus melakukan kesalahan tanpa menyesalinya atau memperbaikinya. Coba tanyakan
kepada setiap penjahat yang terus berbuat kejahatan apakah dia merasa bersalah?
Namun ada juga beberapa kasus dimana manusia muda justru
terlalu terjebak dengan rasa bersalah yang dia miliki sehingga dia bahkan tak
berani melangkah kedepan. Dia merasa ketakutan untuk turun kedalam got yang
kotor, padahal menurut iklan di tivi berani kotor itu baik. Yang tidak baik
kalo terus-terusan kotor. Salah itu wajar, yang tidak wajar itu kalo terus
salah, bodoh itu wajar kalo terus bodoh itu baru tidak wajar. Jelek itu wajar
kalo terus jelek itu baru takdir :D. untuk kasus jelek tenang aja tampan itu relatif
kok, gua aja jelek tapi tetap ada yang bilang gua tampan meskipun itu hanya emak
gua sendiri.
Rasa bersalah harusnya menjadi suatu motivasi buat kita. Kalian ingat nggak waktu kalian
masih dalam bentuk sperma, harusnya kalian merasa bersalah karena sudah
mengorbankan saudara kalian yang berjumlah ratusan juta sperma waktu itu. Kita sudah
begitu percaya diri untuk membuahi ovum hingga kita tak memberikan kesempatan
buat saudara se sperma kita untuk lahir kedunia. Jadi kenapa kita tidak melakukan yang terbaik saat ini?
Untungnya kasus gua berbeda. Waktu gua masih sperma, sebelum
membuahi ovum gua bersama saudara se sperma gua melakukan musyawarah luar
biasa. Kita berunding siapa yang akan kita dukung untuk membuahi ovum dan
Alhamdulilllah kita semua bermufakat kalo gua yang maju sebagai perwakilan
untuk hidup di dunia. Makanya pas lahir, gua nangis-nangis karena gua terharu dengan kepercayaan saudara-saudara se sperma gua.
Dan untuk mengenang jasa para saudara gua yang rela mati demi gua waktu itu, kini gua mulai merutinkan Doa Muslimin dan muslimat yang kurang lebih artinya untuk meminta pengampunan terhadap saudara-saudara gua yang hidup maupun yang telah mati.
Dan untuk mengenang jasa para saudara gua yang rela mati demi gua waktu itu, kini gua mulai merutinkan Doa Muslimin dan muslimat yang kurang lebih artinya untuk meminta pengampunan terhadap saudara-saudara gua yang hidup maupun yang telah mati.
Intinya jagalah terus rasa bersalah yang ada dalam diri
kita, bukan untuk membuat kita merasa down tapi untuk memotivasi kita agar bisa
hidup lebih baik dari hari-ke hari. Saat kita mulai putus asa ingatlah kembali
jasa saudara se sperma kita dulu. Mereka telah mengamanahkan kepada kita untuk
menjadi wakil mereka di dunia ini. Sejak lahir kita adalah wakil rakyat saudara
se sperma kita, itu berarti sejak lahir kita adalah pemimpin dan setiap
pemimpin pasti akan di mintai pertanggjung jawaban. So Shut up and keep Da’wah.
Jaa Nee~
0 komentar