No Internet No Cry


Sebagai Mahasiswa tingkat akhir, keberadaan internet sangat penting bagi saya. Bukan hanya untuk mencari referensi tapi juga bisa menghilangkan jenuh saat menyusun beribu-ribu kata yang terangkum dalam satu objek yaitu SKRIPSI. Tak bisa dipungkiri bahwa internet sudah menjadi bagian hidup masyarakat perkotaan, anak muda, bahkan anak kecil yang baru menginjak SD.

Namun seperti halnya makhluk amfibi, internet juga memiliki dampak ganda. Baik dan buruk. Baik ketika itu digunakan untuk menyambung silahturahmi lewat sosial media, mencari bahan untuk pelajaran, menimba ilmu juga untuk mencari nafkah yang halal. Buruk, ketika internet digunakan untuk membobol identitas orang, membuka konten-konten yang tak sepantasnya, mencari dan menyebarkan informasi yang tidak benar alias hoax.
Sayangnya pengguna internet di indonesia lebih dominan hanya untuk mengakses jejaring sosial saja. Sebagaimana informasi yang saya kutip dari http://harianti.com/ini-data-jumlah-pengguna-media-sosial-di-indonesia bahwa Pengguna internet di Indonesia saat ini mencapai 63 juta orang. Dari angka tersebut, 95 persennya menggunakan internet untuk mengakses jejaring sosial. Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) , Selamatta Sembiring mengatakan,  situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Indonesia menempati peringkat 4 pengguna Facebook terbesar setelah USA, Brazil, dan India. “Indonesia menempati peringkat 5 pengguna Twitter terbesar di dunia. Posisi Indonesia hanya kalah dari USA, Brazil, Jepang dan Inggris,” ujarnya.
Saya sendiri lebih perihatin terhadap anak-anak yang sudah mengenal internet sejak usia SD. Untuk itu pengawasan serta pendidikan tentang cara menggunakan internet yang baik dan benar sudah seharusnya disampaikan sebelum anak-anak terlanjur menginjak dunia maya agar supaya penggunaan internet itu bisa berdampak positif seperti yang tercermin dalam http://telkomsel.com/genggam-internet

Dijaman yang semakin maju ini, masyarakat baik itu dari kelas atas, menengah bahkan menengah kebawah sudah mulai melek internet. Dan tentunya akan ada juga waktu-waktu dimana koneksi internet kita bermasalah alaias putus koneksi. Beberapa waktu yang lalu, saya datang ke kampus bersama teman-teman dengan niat mencari referensi lewat internet dan ternyata koneksi internetnya terputus seharian.

Bagaimana rasanya? rasanya tuh sama seperti terbang kelangit tinggi, ketemu bidadari, lalu dihempaskan kebumi, dan ditabrak banteng ngamuk. Beberapa teman saya yang lain malah langsung pingsan dan mimisan. Tapi untuungnya saya tak sampai meneteskan air mata, karena meskipun internet punya pengaruh yang cukup besar tak seharusnya kita juga bergantung sepenuhnya kepada internet. Dalam hemat saya yaa no internet no cry-lah akhirnya saya pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi.

0 komentar